Analisis Hubungan Ayatullah Ali Khomeini dengan Bani Khurasan

Ayatullah Ruhollah Al-Musawi Al-Khomeini adalah salah satu tokoh revolusi paling berpengaruh dalam sejarah modern Islam, terutama karena perannya dalam menjatuhkan monarki Iran dan mendirikan Republik Islam Iran pada 1979. Selain karena pemikiran politik dan teologinya yang mendalam, Khomeini juga dikenal sebagai keturunan dari keluarga sayyid—yakni keturunan Nabi Muhammad SAW—yang memiliki akar genealogi dan spiritual kuat di wilayah Khurasan. Namun, bagaimana hubungan antara Ayatullah Khomeini dan Bani Khurasan secara historis?

1. Siapakah Bani Khurasan?

Secara historis, "Bani Khurasan" bukanlah istilah tunggal untuk satu kabilah tertentu, melainkan merujuk pada kelompok masyarakat, ulama, dan bangsawan yang berasal dari wilayah Khurasan, kawasan strategis yang mencakup sebagian besar Iran timur laut, Afghanistan utara, dan sebagian Asia Tengah.

Khurasan adalah tempat lahirnya banyak tokoh besar Islam, baik dalam bidang tasawuf, fiqih, maupun filsafat. Wilayah ini juga merupakan basis awal bagi gerakan Abbasiyah untuk menggulingkan Dinasti Umayyah pada abad ke-8. Oleh karena itu, Khurasan dianggap memiliki posisi simbolis dalam narasi mesianistik Islam, termasuk dalam hadis-hadis yang meramalkan munculnya pasukan "berbendera hitam dari Khurasan" di akhir zaman.

2. Garis Keturunan Khomeini dan Akar Khurasani

Ayatullah Khomeini lahir pada tahun 1902 di kota Khomein, Iran. Nama lengkapnya adalah Ruhollah bin Mostafa bin Ahmad, dan ia berasal dari keluarga Sayyid yang diyakini memiliki akar genealogi dari Imam Musa Al-Kazhim, Imam ke-7 dari mazhab Syiah. Keluarganya berasal dari Nishapur, sebuah kota penting di Khurasan, sebelum bermigrasi ke India dan akhirnya kembali ke Iran.

Dr. Hamid Algar, seorang sejarawan Islam di University of California, dalam bukunya The Roots of the Islamic Revolution menyebutkan bahwa “Secara simbolik dan historis, garis keturunan Ayatullah Khomeini yang berasal dari Khurasan memberinya legitimasi spiritual dan historis, terutama dalam imajinasi Syiah yang melihat Khurasan sebagai tanah kebangkitan Mahdi.”

3. Khomeini dan Imajinasi Khurasani

Khomeini sendiri dalam berbagai pidatonya sering merujuk pada "revolusi akhir zaman" dan kemunculan Imam Mahdi. Dalam konteks ini, Khurasan seringkali diposisikan sebagai wilayah spiritual yang melambangkan gerakan perlawanan terhadap kezaliman. Meski Khomeini tidak secara eksplisit menyebut dirinya bagian dari "Bani Khurasan" dalam pengertian kabilah, banyak pengikutnya menafsirkan Revolusi Islam Iran sebagai perwujudan dari janji hadis-hadis eskatologis tentang Khurasan.

Prof. Vali Nasr, ahli politik Islam dari Johns Hopkins University, menyatakan:

“Khomeini berhasil memadukan simbol-simbol revolusi eskatologis dalam Islam dengan narasi kontemporer tentang penindasan dan kebangkitan rakyat. Khurasan, sebagai simbol historis, hidup kembali dalam semangat revolusi Islam.”

4. Ulama Khurasan dalam Pendidikan Khomeini

Penting untuk dicatat bahwa banyak guru dan ulama yang memengaruhi pemikiran Khomeini berasal dari wilayah Khurasan atau belajar di pusat-pusat pendidikan seperti Mashhad, Najaf, dan Qom yang memiliki pengaruh kuat dari tradisi Khurasani.

Salah satu tokoh besar, Ayatullah Haeri Yazdi, pendiri hawzah Qom tempat Khomeini belajar, berasal dari jalur keilmuan yang kuat yang berakar dari Khurasan. Tradisi keilmuan ini terkenal dengan penekanannya pada teologi politik dan spiritualitas revolusioner.

5. Bani Khurasan Sebagai Simbol dalam Gerakan Khomeini

Dalam perspektif budaya dan spiritual, “Bani Khurasan” tidak semata-mata merujuk pada nasab, tetapi juga pada warisan nilai dan simbolisme perlawanan terhadap tirani. Oleh karena itu, banyak sejarawan melihat bahwa meskipun Khomeini tidak berasal dari kabilah bernama Bani Khurasan secara literal, ia adalah "anak ideologis" dari semangat Khurasan.

Seyyed Hossein Nasr, filsuf Islam Iran, menjelaskan bahwa:

“Khomeini mewakili jiwa Khurasani: semangat kebangkitan, ilmu, dan kemurnian tujuan. Ia tidak hanya mewarisi darah, tetapi juga semangat spiritual revolusioner dari tanah Khurasan.”

Kesimpulan

Hubungan Ayatullah Khomeini dengan Bani Khurasan bukanlah hubungan kabilah dalam arti sempit, tetapi merupakan hubungan genealogi, spiritual, dan ideologis. Khomeini lahir dari tradisi keilmuan dan perlawanan yang berkembang subur di wilayah Khurasan. Ia mewarisi bukan hanya darah para sayyid dari sana, tetapi juga simbolisme Khurasan sebagai tanah revolusi, perlawanan, dan kebangkitan eskatologis.

Dalam konteks Syiah dan pemikiran Islam akhir zaman, hubungan ini memberi legitimasi kuat terhadap posisinya sebagai pemimpin revolusi, sekaligus menjadi inspirasi bagi gerakan Islam di berbagai belahan dunia.


Jika Anda ingin saya buatkan versi PDF atau infografis ringkas dari artikel ini, silakan beri tahu!

Read Also :

Posting Komentar

© Yusron Al Fajri. All rights reserved. Developed by Jago Desain