Di era modern saat ini, kemampuan literasi numerasi menjadi salah satu kompetensi esensial yang harus dimiliki setiap individu, terutama peserta didik. Literasi numerasi tidak hanya mencakup kemampuan berhitung dasar, tetapi juga kemampuan berpikir logis, memahami data, serta menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan ini berkembang, diperlukan indikator-indikator yang jelas dan terukur. Artikel ini akan membahas secara rinci apa itu indikator literasi numerasi, serta pendapat para ahli terkait pengembangan indikator tersebut.
Apa Itu Literasi Numerasi?
Literasi numerasi merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan angka dan simbol matematika untuk memahami, menganalisis, dan menafsirkan informasi kuantitatif dalam berbagai konteks. Literasi numerasi tidak sebatas pada kemampuan berhitung, tetapi juga melibatkan pemahaman terhadap konsep matematika dan penerapannya dalam situasi nyata, seperti membaca grafik, memahami data statistik, atau menghitung pengeluaran harian.
Menurut OECD (2013), literasi numerasi adalah "kemampuan untuk mengakses, menggunakan, menafsirkan, dan mengomunikasikan informasi matematika dan ide-ide yang berkaitan dengan berbagai konteks kehidupan." Dengan kata lain, seseorang dianggap memiliki literasi numerasi yang baik apabila ia mampu menyelesaikan persoalan matematis dalam kehidupan nyata secara logis dan efisien.
Indikator Literasi Numerasi
Untuk mengukur sejauh mana literasi numerasi dikuasai, beberapa indikator penting telah dirumuskan oleh berbagai lembaga pendidikan dan para ahli. Berikut ini adalah beberapa indikator utama literasi numerasi:
-
Pemahaman terhadap Bilangan dan Operasi Dasar
-
Menggunakan bilangan dalam konteks kehidupan sehari-hari (uang, waktu, jarak, dll).
-
Melakukan operasi dasar matematika: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
-
-
Kemampuan Memahami Representasi Data
-
Membaca dan menafsirkan grafik, tabel, dan diagram.
-
Menggunakan data untuk membuat keputusan logis.
-
-
Pemecahan Masalah Matematika
-
Mengidentifikasi masalah yang bisa diselesaikan dengan matematika.
-
Merumuskan strategi penyelesaian berdasarkan logika dan penalaran.
-
-
Penalaran dan Argumentasi Matematika
-
Menjelaskan alasan dari suatu solusi atau pendekatan matematis.
-
Menggunakan bukti dan data untuk mendukung argumen.
-
-
Komunikasi Matematika
-
Mampu menyampaikan ide matematis secara lisan maupun tertulis.
-
Menggunakan bahasa matematika yang sesuai.
-
-
Penerapan Matematika dalam Kehidupan Nyata
-
Menggunakan matematika dalam konteks belanja, pengukuran, statistik, dan masalah sehari-hari lainnya.
-
Pendapat Para Ahli
Beberapa pakar pendidikan turut memberikan kontribusi dalam merumuskan indikator literasi numerasi ini. Berikut beberapa pandangan mereka:
-
Prof. Dr. Zulkardi, pakar pendidikan matematika dari Universitas Sriwijaya, menyatakan bahwa literasi numerasi bukan hanya kemampuan berhitung, tetapi lebih pada "kemampuan bernalar menggunakan matematika dalam konteks kehidupan." Ia menekankan pentingnya mengaitkan soal matematika dengan konteks dunia nyata agar siswa tidak hanya memahami rumus, tetapi juga fungsinya.
-
NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) dalam standar kurikulumnya menyebutkan bahwa literasi numerasi harus melibatkan lima proses penting: problem solving, reasoning and proof, communication, connections, dan representation. Ini menegaskan bahwa indikator literasi numerasi bukanlah sesuatu yang bersifat tunggal, melainkan saling terkait.
-
Kemendikbudristek RI dalam kebijakan asesmen nasional menegaskan bahwa literasi numerasi adalah salah satu indikator utama dalam mengevaluasi mutu pendidikan. Dalam modul literasi numerasi yang dikeluarkan, indikator diklasifikasikan ke dalam tiga level kemampuan: dasar, menengah, dan mahir. Ini dilakukan untuk memetakan kemampuan siswa secara lebih menyeluruh.
Memahami indikator literasi numerasi sangat penting dalam membentuk peserta didik yang siap menghadapi tantangan abad ke-21. Indikator-indikator ini bukan hanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam angka-angka, melainkan juga dalam kemampuan berpikir kritis, analitis, dan logis. Oleh karena itu, guru, orang tua, dan pembuat kebijakan perlu bekerja sama dalam meningkatkan kualitas pendidikan matematika yang tidak hanya mengedepankan teori, tetapi juga relevansi praktisnya dalam kehidupan.