Ketegangan antara Iran dan Israel bukanlah hal baru dalam geopolitik Timur Tengah. Keduanya saling bersaing dalam hal ideologi, pengaruh regional, dan kekuatan militer. Jika terjadi konfrontasi langsung, Iran memiliki sejumlah kekuatan strategis yang bisa membuat serangan Israel tidak berjalan mulus. Analisis Kekuatan Iran dalam Menghadapi Serangan Israel berikut akan menguraikan aspek militer, teknologi, aliansi regional, hingga taktik asimetris yang menjadi kekuatan utama Iran.
1. Kekuatan Militer Konvensional
Iran memiliki kekuatan militer yang cukup signifikan di kawasan. Menurut laporan Global Firepower 2024, Iran berada di peringkat ke-14 kekuatan militer dunia. Iran memiliki lebih dari 500.000 personel aktif, ribuan tank, artileri, dan kendaraan lapis baja. Walau teknologinya tidak secanggih Israel yang mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat, Iran mengandalkan jumlah dan ketahanan tempur.
Di sektor udara, kekuatan Iran masih kalah dibandingkan dengan jet tempur canggih milik Israel seperti F-35. Namun, Iran menutupi kelemahan ini dengan sistem pertahanan udara seperti Bavar-373 dan Khordad-15, yang diklaim dapat mendeteksi dan menembak target berjarak hingga 200 km.
2. Kemampuan Rudal Balistik
Inilah salah satu senjata pamungkas Iran. Teheran memiliki program rudal balistik yang luas dan dianggap sebagai salah satu paling berkembang di Timur Tengah. Rudal seperti Shahab-3, Sejjil, dan Khaybar Shekan mampu mencapai jarak hingga 2.000 km — cukup untuk menjangkau seluruh wilayah Israel.
Iran juga memiliki rudal balistik dengan sistem pemandu presisi yang dapat menargetkan infrastruktur strategis musuh. Ancaman ini memaksa Israel untuk tetap waspada dan mempertahankan sistem pertahanan udara berlapis seperti Iron Dome, David’s Sling, hingga Arrow 3.
3. Strategi Perang Asimetris
Iran dikenal sebagai “ahli” dalam perang asimetris. Pasukan elit IRGC (Islamic Revolutionary Guard Corps) dan unit Quds Force memiliki pengalaman dalam konflik tidak langsung, terutama lewat dukungan terhadap milisi proksi seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan kelompok militan di Suriah dan Irak.
Jika Israel menyerang secara langsung, Iran tidak hanya akan membalas melalui militernya sendiri, tapi juga bisa memobilisasi para proksi tersebut untuk menyerang Israel dari berbagai arah. Ini menciptakan potensi perang multi-front yang jauh lebih kompleks bagi Israel.
4. Kekuatan Intelijen dan Perang Siber
Iran memiliki unit siber yang cukup aktif dan dikenal mampu melakukan serangan siber ke infrastruktur musuh. Beberapa serangan terhadap sistem air, energi, dan perbankan Israel diduga kuat berasal dari Iran. Dalam perang modern, kekuatan siber dapat melumpuhkan musuh tanpa perlu peluru.
Di sisi intelijen, Iran memiliki jaringan mata-mata dan informan yang luas di wilayah Timur Tengah, terutama di Suriah, Irak, dan Lebanon. Ini memberikan keunggulan dalam pengumpulan informasi dan operasi clandestine.
5. Ketahanan Dalam Negeri dan Dukungan Rakyat
Meskipun menghadapi tekanan ekonomi akibat sanksi Barat, Iran memiliki sistem pemerintahan yang otoriter dan mampu menjaga stabilitas internal dalam situasi genting. Propaganda nasionalisme dan ideologi Syiah revolusioner kerap digunakan untuk menggalang solidaritas rakyat dalam menghadapi musuh luar.
Selain itu, pengalaman menghadapi sanksi selama puluhan tahun membuat Iran menjadi negara yang terbiasa beroperasi dalam isolasi, dengan ketahanan ekonomi dan strategi survival yang kuat.
6. Aliansi Regional dan Diplomasi Global
Iran memiliki mitra strategis seperti Rusia dan Cina, serta pengaruh kuat di Irak, Suriah, dan Lebanon. Walau tidak semua akan ikut campur secara langsung dalam konflik dengan Israel, hubungan ini bisa memperkuat posisi diplomatik Iran dan mempersulit upaya isolasi internasional oleh Israel dan sekutunya.
Iran bukanlah negara kecil yang mudah ditaklukkan. Dengan kombinasi kekuatan militer, rudal balistik, perang asimetris, serta dukungan regional dan domestik, Iran memiliki banyak cara untuk menghadapi, bahkan membalas, serangan dari Israel. Meskipun Israel unggul dalam teknologi dan dukungan internasional, perang melawan Iran berpotensi menjadi konflik besar yang panjang dan berdampak luas bagi stabilitas kawasan Timur Tengah.